Assalammualaikum wr. wb. Ukhti ^^
Silahkan dibaca pembahasan kita kali ini yaaa :)
Membentengi Rumah Dari Setan
Setiap keluarga muslim pasti mendambakan
ketenteraman dan ketenangan dalam rumah yang mereka huni, baik dia seorang
suami, seorang istri, ataupun sebagai seorang anak. Semua ingin rumah mereka
seperti kata orang: Baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Bukan karena rumah
itu mewah dilengkapi perabotannya yang wah, namun karena semua merasa tentram
ketika masuk dan berada di dalamnya.
Seorang suami pulang ke rumah
usai aktivitasnya di luar rumah, baik untuk mencari penghidupan ataupun untuk
berdakwah.Ia masuk ke rumahnya, didapatinya rahah (lapang). Lelah dan
kepenatannya serasa hilang saat bertemu dengan istri dan
anak-anaknya.Ketenangan menyelimutinya.
Seorang istri merasa betah berdiam dalam rumahnya. Karena memang seperti titah Allah kepada kaum hawa:
Seorang istri merasa betah berdiam dalam rumahnya. Karena memang seperti titah Allah kepada kaum hawa:
“Tetaplah kalian tinggal di rumah kalian.” (Al-Ahzab: 33)
Juga karena suasana dalam rumah
turut mendukung timbulnya rasa betah tersebut.
Anak-anak pun merasa senang dalam rumah mereka walaupun rumahnya kecil dan sederhana.
Kerukunan dan kasih sayang senantiasa terjalin di antara anggotanya.
Anak-anak pun merasa senang dalam rumah mereka walaupun rumahnya kecil dan sederhana.
Kerukunan dan kasih sayang senantiasa terjalin di antara anggotanya.
Gambaran seperti yang kita
ungkapkan tentunya menjadi keinginan setiap insan. Lalu, apa rahasianya untuk
mewujudkan baiti jannati tersebut? Di antara faktor yang sangat penting adalah
menjauhkan rumah dari para setan.Kenapa demikian? Karena setan merupakan musuh
anak Adam, sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya
setan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.”
(Fathir: 6)
Yang namanya musuh tentu selalu
berupaya mencari celah untuk mencelakakan orang yang dimusuhinya.Yang disebut
musuh pasti ingin menghancurkan orang yang dimusuhinya.Salah satu target utama setan adalah merusak sebuah keluarga,
menghancurkan ikatan di antara anggota-anggotanya.
Iblis, gembong para setan,
demikian bergembira bila anak buahnya berhasil memisahkan seorang istri dari
suaminya. Sebagaimana kabar dari Rasulullah :
إِنَّ إِبلِيسَ يَضَعُ
عَرْشَهُ عَلَى الْماَءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنهُ
مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُم فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا
وَكَذَا. قَالَ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا
تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ
مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ
Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di
atas air lantas ia mengirim kan tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di
antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang
ditimbulkannya.Datang salah seorang dari anak buah iblis menghadap iblis seraya
berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.”Iblis menjawab, “Engkau belum
melakukan apa-apa.” Lalu datang setan yang lain melaporkan, “Tidaklah aku
meninggalkan dia (anak Adam yang diganggunya) hingga aku berhasil memisahkan
dia dengan istrinya.” Maka iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan
dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim no. 7037)
Al-Imam An-Nawawi t menerangkan bahwa iblis bermarkas di lautan, dan
dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak
buahnya yang berhasil memisahkan suami dengan istrinya, karena kagum dengan apa
yang dilakukan si anak buah dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang
dikehendaki iblis. Iblis pun merangkulnya.
(Al-Minhaj, 17/154-155)
Kata Al-Imam Al-Qadhi Iyadh ,
hadits ini menunjukkan besarnya perkara firaq (perpisahan suami dengan
istrinya) dan talak, serta besarnya kemadharatan dan fitnahnya. Selain itu juga
menunjukkan besarnya dosa orang yang berupaya memisahkan suami dari
istrinya.Karena dengan berbuat demikian berarti memutuskan hubungan yang Allah
l perintahkan untuk disambung, menceraiberaikan rahmah dan mawaddah yang Allah
l jadikan di dalamnya, serta merobohkan rumah yang dibangun dalam Islam.
(Ikmalul Mu’lim bi Fawa’id Muslim, 8/349)
Iblis berikut bala tentaranya
ini berambisi menghancurkan hubungan suami dengan istrinya.Sementara suami dan
istri ini tentunya bernaung dalam sebuah rumah. Nah, tentunya setan tidak akan
tenang bila tidak bisa masuk ke rumah tersebut. Bila setan telah berhasil
mendiami sebuah rumah, niscaya ia akan menebarkan kerusakan di dalamnya,
sehingga terjadilah perselisihan di antara anak-anak dan perpisahan antara
suami dengan istrinya. Berubahlah mawaddah (kasih sayang) menjadi ‘adawah
(permusuhan), rahmah menjadi azab.
Di antara perkara yang bisa kita
lakukan untuk membentengi rumah kita adalah:
1. Meng-ucapkan salam
ketika masuk rumah dan banyak berzikir, baik di rumah ada orang atau tidak.
Al-Imam An-Nawawi t berkata,
“Disenangi seseorang mengucapkan bismillah dan banyak berzikir kepada Allah
serta mengucapkan salam, sama saja apakah dalam rumah itu ada manusia atau tidak,
berdasarkan firman Allah :
“Apabila kalian masuk ke rumah-rumah
maka ucapkanlah salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada
diri-diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkahi
lagi baik.” (An-Nur: 61) [Al-Adzkar,
hal. 25]
Ahli tafsir berbeda pendapat
tentang rumah yang dimaukan dalam ayat di atas.Ada yang berpendapat masjid.Ada
yang berpendapat rumah yang dihuni.Adapula yang berpendapat rumah yang tidak
ada seseorang di dalamnya. Ada yang mengatakan rumah orang lain, dan ada pula
yang berpendapat rumah sendiri. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 12/209)
Bila rumah itu kosong ia ucapkan, “As-salamu ‘alaina wa ‘ala
‘ibadillahish shalihin” (Semoga keselamatan untuk kami dan untuk para hamba
Allah yang shalih). Demikian kata Ibnu Umar . Namun bila dalam rumah itu ada
keluarganya, anak-anaknya dan pembantunya, ia ucapkan “Assalamu ‘alaikum.”
Namun kata Ibnul Arabi , bila
rumah itu kosong maka tidak diharuskan seseorang mengucapkan salam ketika
hendak masuk. Adapun bila engkau masuk rumahmu sendiri disenangi bagimu untuk
berzikir kepada Allah dengan mengatakan: “Masya Allah la quwwata illa billah.”
(Ahkamul Qur’an, 3/1408-1409)
Ketika memberikan penjelasan
terhadap surah Al-Kahfi ayat 39, Ibnul Arabi menyatakan disenanginya berzikir kepada Allah bila salah seorang dari kita masuk rumah atau
masjid dengan mengucapkan: “Masya Allah la quwwata illa billah.” Asyhab
berkata, “Al-Imam Malik mengatakan, ‘Sepantasnya setiap orang yang masuk ke
rumahnya mengucapkan zikir ini’.” (Ahkamul Qur’an, 3/1240)
Abu Umamah Al-Bahili z, seorang
sahabat Rasulullah n membawakan hadits dari Rasulullah :
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ
عَلَى اللهِ k: رَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيْلِ اللهِ k، فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى
اللهِ حَتَّى يَتَوَّفَاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ
مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيْمَةٍ؛ وَرَجُلٌ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى
اللهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ
مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيْمَةٍ، وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ
عَلَى اللهِ
Ada tiga golongan yang mereka seluruhnya berada
dalam jaminan Allah k: (Pertama) seseorang yang keluar berperang di jalan Allah
k maka ia berada dalam jaminan Allah k hingga Allah k mewafatkannya lalu
memasukkannya ke dalam surga, atau mengembalikannya (ke keluarganya) dengan
pahala dan ghanimah yang diperolehnya. (Kedua) seseorang berangkat ke masjid
maka ia berada dalam jaminan Allah k hingga Allah k mewafatkannya lalu
memasukkannya ke dalam surga, atau mengembalikannya dengan pahala dan ghanimah
yang diperolehnya. (Ketiga) seseorang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan
salam maka ia berada dalam jaminan Allah .” (HR. Abu Dawud no. 2494)
Makna jaminan Allah adalah
berada dalam penjagaan Allah . (Al-Adzkar, hal. 26)
2. Berzikir kepada Allah l
ketika makan dan minum.
Jabir bin Abdillah berkata, “Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ
بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ:
لاَ مَبِيْتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ
دُخُوْلِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ
اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ وَالْعَشَاءَُ
Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia
berzikir kepada Allah saat masuknya dan ketika hendak menyantap makanannya,
berkatalah setan, “Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan
malam.” Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika
masuknya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.” Bila ia tidak
berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan
tempat bermalam sekaligus makan malam.” (HR. Muslim no. 5230)
Berzikir kepada Allah l akan mengusir setan dari rumah kita sehingga setan tidak dapat
menyertai kita saat makan dan tidur. Sementara, lalai dari zikrullah akan
memberikan kesempatan emas bagi setan karena ia mendapati tempat menginap plus
makan malamnya. Tentunya setan ini tidak sendirian.Bersamanya ada
kawan-kawannya, gerombolan setan, karena setan mengucapkan ucapan demikian
kepada teman-teman, pembantu-pembantu, dan sahabatnya. (Al-Minhaj, 11/191)
Sehingga mereka menyesakkan
rumah dan bersenang-senang di dalamnya, na’udzu billah. Maka berhati-hatilah,
jangan sampai kita lalai dari berzikir karena zikir merupakan hishnul muslim,
benteng bagi seorang muslim.
3. Banyak membaca Al-Qur’an
dalam rumah
Al-Qur’anul Karim akan
mengharumkan rumah seorang muslim dan akan mengusir para setan. Abu Musa
Al-Asy’ari z mengabarkan dari Nabi n:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الْأَتْرُجَّةِ، رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا
طَيِّبٌ.وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ
التَّمْرَةِ، لاَ رِيْحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ.وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ.
وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ،
لَيْسَ لَهَا رِيْحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
“Permisalan
seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah atrujah, baunya harum
dan rasanya enak. Permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an
seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis. Adapun orang munafik
yang membaca Al-Qur’an permisalannya seperti buah raihanah, baunya wangi tapi
rasanya pahit.Sementara orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah
hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.” (HR. Al-Bukhari no. 5020 dan
Muslim no. 1857)
Apa persangkaan anda bila
seorang mukmin sering menghiasi rumahnya dengan membaca dan mentartilkan
kalamullah? Tidak lain tentunya kebaikan.
Disamping itu, membaca Al-Qur’an
di rumah dengan penuh kekhusyukan menjadikan para malaikat akan mendekat.
Seperti kejadian yang pernah dialami seorang sahabat Rasulullah n yang bernama
Usaid ibnu Hudhair z. Suatu malam Usaid tengah membaca Al-Qur’an di tempat
pengeringan kurma miliknya.Tiba-tiba kudanya melompat.Ia membaca lagi, kudanya
melompat lagi. Ia terus melanjutkan bacaannya dan kudanya juga melompat. Usaid
berkata, “Aku pun khawatir bila sampai kuda itu menginjak Yahya (putra Usaid,
pen.), hingga aku bangkit menuju kuda tersebut.Ternyata aku dapati di atas
kepalaku ada semacam naungan.Di dalamnya seperti lentera-lentera yang terus
naik ke udara sampai aku tidak melihatnya lagi (hilang dari pandanganku).Di
pagi harinya aku menemui Rasulullah n.” Usaid kemudian menceritakan apa yang
dialaminya, setelahnya Rasulullah n menjelaskan:
تِلْكَ الْمَلاَئِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ، وَلَوْ قَرَأْتَ
لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ، مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Itu adalah
para malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Seandainya engkau terus membaca
Al-Qur’an niscaya di pagi harinya manusia akan dapat melihat naungan tersebut,
tidak tertutup dari mereka. “ (HR. Muslim no. 1856)
Dalam riwayat Al-Bukhari (no.
5011) dari Al-Bara’ z, ia berkata, “Ada seorang lelaki membaca surah Al-Kahfi
sementara di sisinya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali. Lalu orang
tersebut diliputi oleh awan yang mendekat dan mendekat.Mulailah kudanya lari
karena terkejut. Ketika di pagi harinya ia mendatangi Nabi n, lalu
diceritakannya kejadian yang dialaminya maka Nabi n bersabda:
تِلْكَ السَّكِيْنَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ
“Itu adalah
as-sakinah yang turun dengan Al-Qur’an.”
Diperbincangkan oleh para ulama
seperti apa as-sakinah tersebut. Namun pendapat yang terpilih, kata Al-Imam
An-Nawawi t, as-sakinah adalah sesuatu dari makhluk-makhluk yang di dalamnya
ada thuma’ninah (ketenangan), rahmah (kasih sayang), dan bersamanya ada para
malaikat. (Fathul Bari, 9/73)
4. Membaca surah Al-Baqarah
dalam rumah
Bila engkau merasa di rumahmu
demikian banyak masalah, tampak banyak penyimpangan dan anggota-anggotanya
saling berselisih, maka ketahuilah setan hadir di rumahmu, maka
bersungguh-sungguhlah mengusirnya. Bagaimanakah cara mengusirnya? Rasulullah n
memberikan jawabannya dengan sabda beliau:
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا، وَسَنَامُ الْقُرْآنِ سُوْرَةُ
الْبَقَرَةِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ
خَرَجَ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرُأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
“Sesungguhnya
segala sesuatu ada puncaknya (punuknya) dan puncak dari Al-Qur’an adalah surah
Al-Baqarah. Sungguh setan bila mendengar dibacakannya surah Al-Baqarah, ia akan
keluar dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.” (HR.
Al-Hakim, dihasankan Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 588)
Abu Hurairah z mengabarkan dari
Rasulullah n, beliau bersabda:
لاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ
مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah
kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan.Sesungguhnya setan akan
lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah.” (HR. Muslim no.
1821)
5. Banyak melakukan shalat
nafilah/sunnah di rumah
Ibnu Umar c menyampaikan bahwa
Nabi n bersabda:
اجْعَلُوْا مِنْ صَلاَتِكُمْ فِي بُيُوْتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوْهَا
قُبُوْرًا
“Jadikanlah
bagian dari shalat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian jadikan
rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Al-Bukhari no. 432 dan Muslim no. 1817)
Dalam syariat disebutkan
pelarangan shalat di kuburan.Karenanya, Rasulullah n melarang kita menjadikan
rumah kita seperti kuburan, dengan tidak pernah dilakukan ibadah di dalamnya.
Beliau menghasung kita agar memberi bagian shalat sunnah untuk dikerjakan di
dalam rumah.
Al-Imam An-Nawawi t berkata,
“Rasulullah n memberikan hasungan untuk mengerjakan shalat nafilah (sunnah) di
rumah, karena hal itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih menjaga dari
perkara yang dapat membatalkannya. Juga dengan mengerjakan shalat nafilah di
rumah akan memberi keberkahan bagi rumah tersebut. Akan turun rahmah di
dalamnya, demikian pula para malaikat.Sementara setan akan lari dari rumah
tersebut.” (Al-Minhaj, 6/309)
Dalam hadits yang lain
Rasulullah n memerintahkan:
فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ
الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ
“Seharusnya
bagi kalian untuk mengerjakan shalat di rumah-rumah kalian karena sebaik-baik
shalat seseorang adalah di rumahnya terkecuali shalat wajib.” (HR. Al-Bukhari
no. 731 dan Muslim no. 1822 )
Abu Musa Al-Asy’ari z
menyampaikan sabda Rasulullah n:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِيْ
لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan
rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama
Allah di dalamnya seperti permisalan orang yang hidup dan orang yang mati.”
(HR. Muslim no. 1820)
Sekian dari kami yaa Ukhti, semoga bermanfaat :)
Wassalammualaikum wr. wb.
Sumber :