Minggu, 29 November 2015

Membentengi Rumah Kita dari Setan

Assalammualaikum wr. wb. Ukhti ^^
Silahkan dibaca pembahasan kita kali ini yaaa :)

Membentengi Rumah Dari Setan
Setiap keluarga muslim pasti mendambakan ketenteraman dan ketenangan dalam rumah yang mereka huni, baik dia seorang suami, seorang istri, ataupun sebagai seorang anak. Semua ingin rumah mereka seperti kata orang: Baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Bukan karena rumah itu mewah dilengkapi perabotannya yang wah, namun karena semua merasa tentram ketika masuk dan berada di dalamnya.
Seorang suami pulang ke rumah usai aktivitasnya di luar rumah, baik untuk mencari penghidupan ataupun untuk berdakwah.Ia masuk ke rumahnya, didapatinya rahah (lapang). Lelah dan kepenatannya serasa hilang saat bertemu dengan istri dan anak-anaknya.Ketenangan menyelimutinya.

Seorang istri merasa betah berdiam dalam rumahnya. Karena memang seperti titah Allah kepada kaum hawa:

Tetaplah kalian tinggal di rumah kalian.” (Al-Ahzab: 33)
Juga karena suasana dalam rumah turut mendukung timbulnya rasa betah tersebut.
Anak-anak pun merasa senang dalam rumah mereka walaupun rumahnya kecil dan sederhana.
Kerukunan dan kasih sayang senantiasa terjalin di antara anggotanya.
Gambaran seperti yang kita ungkapkan tentunya menjadi keinginan setiap insan. Lalu, apa rahasianya untuk mewujudkan baiti jannati tersebut? Di antara faktor yang sangat penting adalah menjauhkan rumah dari para setan.Kenapa demikian? Karena setan merupakan musuh anak Adam, sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.” (Fathir: 6)
Yang namanya musuh tentu selalu berupaya mencari celah untuk mencelakakan orang yang dimusuhinya.Yang disebut musuh pasti ingin menghancurkan orang yang dimusuhinya.Salah satu target utama setan adalah merusak sebuah keluarga, menghancurkan ikatan di antara anggota-anggotanya.
Iblis, gembong para setan, demikian bergembira bila anak buahnya berhasil memisahkan seorang istri dari suaminya. Sebagaimana kabar dari Rasulullah :
إِنَّ إِبلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْماَءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُم فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ
Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air lantas ia mengirim kan tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya.Datang salah seorang dari anak buah iblis menghadap iblis seraya berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.”Iblis menjawab, “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang setan yang lain melaporkan, “Tidaklah aku meninggalkan dia (anak Adam yang diganggunya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim no. 7037)
Al-Imam An-Nawawi t menerangkan bahwa iblis bermarkas di lautan, dan dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan suami dengan istrinya, karena kagum dengan apa yang dilakukan si anak buah dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki iblis. Iblis pun merangkulnya. (Al-Minhaj, 17/154-155)
Kata Al-Imam Al-Qadhi Iyadh , hadits ini menunjukkan besarnya perkara firaq (perpisahan suami dengan istrinya) dan talak, serta besarnya kemadharatan dan fitnahnya. Selain itu juga menunjukkan besarnya dosa orang yang berupaya memisahkan suami dari istrinya.Karena dengan berbuat demikian berarti memutuskan hubungan yang Allah l perintahkan untuk disambung, menceraiberaikan rahmah dan mawaddah yang Allah l jadikan di dalamnya, serta merobohkan rumah yang dibangun dalam Islam. (Ikmalul Mu’lim bi Fawa’id Muslim, 8/349)
Iblis berikut bala tentaranya ini berambisi menghancurkan hubungan suami dengan istrinya.Sementara suami dan istri ini tentunya bernaung dalam sebuah rumah. Nah, tentunya setan tidak akan tenang bila tidak bisa masuk ke rumah tersebut. Bila setan telah berhasil mendiami sebuah rumah, niscaya ia akan menebarkan kerusakan di dalamnya, sehingga terjadilah perselisihan di antara anak-anak dan perpisahan antara suami dengan istrinya. Berubahlah mawaddah (kasih sayang) menjadi ‘adawah (permusuhan), rahmah menjadi azab.
Di antara perkara yang bisa kita lakukan untuk membentengi rumah kita adalah:
 1. Meng-ucapkan salam ketika masuk rumah dan banyak berzikir, baik di rumah ada orang atau tidak.
Al-Imam An-Nawawi t berkata, “Disenangi seseorang mengucapkan bismillah dan banyak berzikir kepada Allah serta mengucapkan salam, sama saja apakah dalam rumah itu ada manusia atau tidak, berdasarkan firman Allah :
“Apabila kalian masuk ke rumah-rumah maka ucapkanlah salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri-diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkahi lagi baik.” (An-Nur: 61) [Al-Adzkar, hal. 25]
Ahli tafsir berbeda pendapat tentang rumah yang dimaukan dalam ayat di atas.Ada yang berpendapat masjid.Ada yang berpendapat rumah yang dihuni.Adapula yang berpendapat rumah yang tidak ada seseorang di dalamnya. Ada yang mengatakan rumah orang lain, dan ada pula yang berpendapat rumah sendiri. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 12/209)
Bila rumah itu kosong ia ucapkan, “As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin” (Semoga keselamatan untuk kami dan untuk para hamba Allah  yang shalih). Demikian kata Ibnu Umar . Namun bila dalam rumah itu ada keluarganya, anak-anaknya dan pembantunya, ia ucapkan “Assalamu ‘alaikum.”
Namun kata Ibnul Arabi , bila rumah itu kosong maka tidak diharuskan seseorang mengucapkan salam ketika hendak masuk. Adapun bila engkau masuk rumahmu sendiri disenangi bagimu untuk berzikir kepada Allah dengan mengatakan: “Masya Allah la quwwata illa billah.” (Ahkamul Qur’an, 3/1408-1409)
Ketika memberikan penjelasan terhadap surah Al-Kahfi ayat 39, Ibnul Arabi  menyatakan disenanginya berzikir kepada Allah  bila salah seorang dari kita masuk rumah atau masjid dengan mengucapkan: “Masya Allah la quwwata illa billah.” Asyhab berkata, “Al-Imam Malik  mengatakan, ‘Sepantasnya setiap orang yang masuk ke rumahnya mengucapkan zikir ini’.” (Ahkamul Qur’an, 3/1240)
Abu Umamah Al-Bahili z, seorang sahabat Rasulullah n membawakan hadits dari Rasulullah :
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ k: رَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيْلِ اللهِ k، فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ حَتَّى يَتَوَّفَاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيْمَةٍ؛ وَرَجُلٌ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيْمَةٍ، وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ
Ada tiga golongan yang mereka seluruhnya berada dalam jaminan Allah k: (Pertama) seseorang yang keluar berperang di jalan Allah k maka ia berada dalam jaminan Allah k hingga Allah k mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam surga, atau mengembalikannya (ke keluarganya) dengan pahala dan ghanimah yang diperolehnya. (Kedua) seseorang berangkat ke masjid maka ia berada dalam jaminan Allah k hingga Allah k mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam surga, atau mengembalikannya dengan pahala dan ghanimah yang diperolehnya. (Ketiga) seseorang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam maka ia berada dalam jaminan Allah .” (HR. Abu Dawud no. 2494)
Makna jaminan Allah adalah berada dalam penjagaan Allah . (Al-Adzkar, hal. 26)

2. Berzikir kepada Allah l ketika makan dan minum.
Jabir bin Abdillah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيْتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ وَالْعَشَاءَُ
Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia berzikir kepada Allah saat masuknya dan ketika hendak menyantap makanannya, berkatalah setan, “Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.” Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika masuknya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.” Bila ia tidak berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah setan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam sekaligus makan malam.” (HR. Muslim no. 5230)
Berzikir kepada Allah l akan mengusir setan dari rumah kita sehingga setan tidak dapat menyertai kita saat makan dan tidur. Sementara, lalai dari zikrullah akan memberikan kesempatan emas bagi setan karena ia mendapati tempat menginap plus makan malamnya. Tentunya setan ini tidak sendirian.Bersamanya ada kawan-kawannya, gerombolan setan, karena setan mengucapkan ucapan demikian kepada teman-teman, pembantu-pembantu, dan sahabatnya. (Al-Minhaj, 11/191)
Sehingga mereka menyesakkan rumah dan bersenang-senang di dalamnya, na’udzu billah. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kita lalai dari berzikir karena zikir merupakan hishnul muslim, benteng bagi seorang muslim.

3. Banyak membaca Al-Qur’an dalam rumah
Al-Qur’anul Karim akan mengharumkan rumah seorang muslim dan akan mengusir para setan. Abu Musa Al-Asy’ari z mengabarkan dari Nabi n:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الْأَتْرُجَّةِ، رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ.وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ، لاَ رِيْحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ.وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِيْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ، لَيْسَ لَهَا رِيْحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
“Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis. Adapun orang munafik yang membaca Al-Qur’an permisalannya seperti buah raihanah, baunya wangi tapi rasanya pahit.Sementara orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.” (HR. Al-Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857)
Apa persangkaan anda bila seorang mukmin sering menghiasi rumahnya dengan membaca dan mentartilkan kalamullah? Tidak lain tentunya kebaikan.
Disamping itu, membaca Al-Qur’an di rumah dengan penuh kekhusyukan menjadikan para malaikat akan mendekat. Seperti kejadian yang pernah dialami seorang sahabat Rasulullah n yang bernama Usaid ibnu Hudhair z. Suatu malam Usaid tengah membaca Al-Qur’an di tempat pengeringan kurma miliknya.Tiba-tiba kudanya melompat.Ia membaca lagi, kudanya melompat lagi. Ia terus melanjutkan bacaannya dan kudanya juga melompat. Usaid berkata, “Aku pun khawatir bila sampai kuda itu menginjak Yahya (putra Usaid, pen.), hingga aku bangkit menuju kuda tersebut.Ternyata aku dapati di atas kepalaku ada semacam naungan.Di dalamnya seperti lentera-lentera yang terus naik ke udara sampai aku tidak melihatnya lagi (hilang dari pandanganku).Di pagi harinya aku menemui Rasulullah n.” Usaid kemudian menceritakan apa yang dialaminya, setelahnya Rasulullah n menjelaskan:
تِلْكَ الْمَلاَئِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ، وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ، مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Seandainya engkau terus membaca Al-Qur’an niscaya di pagi harinya manusia akan dapat melihat naungan tersebut, tidak tertutup dari mereka. “ (HR. Muslim no. 1856)
Dalam riwayat Al-Bukhari (no. 5011) dari Al-Bara’ z, ia berkata, “Ada seorang lelaki membaca surah Al-Kahfi sementara di sisinya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali. Lalu orang tersebut diliputi oleh awan yang mendekat dan mendekat.Mulailah kudanya lari karena terkejut. Ketika di pagi harinya ia mendatangi Nabi n, lalu diceritakannya kejadian yang dialaminya maka Nabi n bersabda:
تِلْكَ السَّكِيْنَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ
“Itu adalah as-sakinah yang turun dengan Al-Qur’an.”
Diperbincangkan oleh para ulama seperti apa as-sakinah tersebut. Namun pendapat yang terpilih, kata Al-Imam An-Nawawi t, as-sakinah adalah sesuatu dari makhluk-makhluk yang di dalamnya ada thuma’ninah (ketenangan), rahmah (kasih sayang), dan bersamanya ada para malaikat. (Fathul Bari, 9/73)

4. Membaca surah Al-Baqarah dalam rumah
Bila engkau merasa di rumahmu demikian banyak masalah, tampak banyak penyimpangan dan anggota-anggotanya saling berselisih, maka ketahuilah setan hadir di rumahmu, maka bersungguh-sungguhlah mengusirnya. Bagaimanakah cara mengusirnya? Rasulullah n memberikan jawabannya dengan sabda beliau:
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا، وَسَنَامُ الْقُرْآنِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ خَرَجَ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرُأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
“Sesungguhnya segala sesuatu ada puncaknya (punuknya) dan puncak dari Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah. Sungguh setan bila mendengar dibacakannya surah Al-Baqarah, ia akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.” (HR. Al-Hakim, dihasankan Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 588)
Abu Hurairah z mengabarkan dari Rasulullah n, beliau bersabda:
لاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan.Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah.” (HR. Muslim no. 1821)

5. Banyak melakukan shalat nafilah/sunnah di rumah
Ibnu Umar c menyampaikan bahwa Nabi n bersabda:
اجْعَلُوْا مِنْ صَلاَتِكُمْ فِي بُيُوْتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوْهَا قُبُوْرًا
“Jadikanlah bagian dari shalat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Al-Bukhari no. 432 dan Muslim no. 1817)
Dalam syariat disebutkan pelarangan shalat di kuburan.Karenanya, Rasulullah n melarang kita menjadikan rumah kita seperti kuburan, dengan tidak pernah dilakukan ibadah di dalamnya. Beliau menghasung kita agar memberi bagian shalat sunnah untuk dikerjakan di dalam rumah.
Al-Imam An-Nawawi t berkata, “Rasulullah n memberikan hasungan untuk mengerjakan shalat nafilah (sunnah) di rumah, karena hal itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih menjaga dari perkara yang dapat membatalkannya. Juga dengan mengerjakan shalat nafilah di rumah akan memberi keberkahan bagi rumah tersebut. Akan turun rahmah di dalamnya, demikian pula para malaikat.Sementara setan akan lari dari rumah tersebut.” (Al-Minhaj, 6/309)
Dalam hadits yang lain Rasulullah n memerintahkan:
فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ
“Seharusnya bagi kalian untuk mengerjakan shalat di rumah-rumah kalian karena sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya terkecuali shalat wajib.” (HR. Al-Bukhari no. 731 dan Muslim no. 1822 )
Abu Musa Al-Asy’ari z menyampaikan sabda Rasulullah n:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِيْ لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya seperti permisalan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Muslim no. 1820)

Sekian dari kami yaa Ukhti, semoga bermanfaat :)

Wassalammualaikum wr. wb.


Sumber :
 

Satu Gereja Masuk Islam Hanya Gara-gara Seorang Pemuda Islam Menjawab Pertanyaan Pendeta



Assalammualaikum wr.wb.
Silahkan disimak ceritanya Ukhti^^

 
Kisah : Satu Gereja Masuk Islam Hanya Gara-gara Seorang Pemuda Islam Menjawab Pertanyaan Pendeta (SUBHANALLAH)
 
Sebuah kisah nyata yang terjadi di negeri Paman Sam.Patut kita ambil hikmahnya. Semoga Allah mengijinkan kita menjadi Pemuda seperti yang terdapat dalam kisah ini, Amiiin…..

Ada seorang Pemuda Arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah untuk mendalami Agama Islam dan mempelajarinya. Selain belajar, ia juga merupakan seorang Juru Dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia pernah berkenalan dengan seseorang yang beragama Nasrani.Hubungan mereka sangat akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah untuk masuk Islam.

Pada suatu hari, mereka berdua berjalan – jalan di sebuah perkampungan yang ada di Amerika.Dan kebetulan pada saat itu, mereka melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya yang Nasrani itu meminta agar ia juga turut masuk ke dalam gereja tersebut. Semula ia sangat keberatan, namun karena temannya terus mendesak dan memintanya agar ikut memasuki gereja tersebut, akhirnya Pemuda Muslim itupun memenuhi permintaan temannya tersebut dan ikut masuk ke dalam gereja.

Pemuda tersebut duduk di salah satu bangku dengan hening.Sebagaimana kebiasaan mereka ketika Pendeta memasuki gereja adalah mereka serentak berdiri untuk memberikan hormat dan kemudian kembali duduk. Di saat itu si Pendeta agak terbelalak dan terkejut ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.”Pemuda Arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu sekali lagi, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.”

Begitu seterusnya sampai berkali – kali, namun Pemuda tersebut tetap diam dan tidak bergeming dari tempatnya.Hingga akhirnya Pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.”

Setelah sang Pendeta berbicara seperti itu, barulah Pemuda tersebut bangkit dari duduknya dan beranjak keluar. Di ambang pintu, Pemuda Muslim tersebut berbalik dan bertanya kepada sang Pendeta, “Bagaimana anda mengetahui bahwa saya adalah seorang muslim ?”

“Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Jawab sang Pendeta.

Kemudian sang Pemuda itupun berbalik menuju pintu keluar dan berjalan dengan tenang. Namun sang Pendeta melihat kesempatan itu. Ia ingin memanfaatkan keberadaan Pemuda Muslim di gerejanya ini untuk mengokohkan markasnya tersebut, yaitu dengan mengajaknya berdebat dan memojokkannya dengan beberapa pertanyaan yang menjebak.

Pemuda Muslim itupun terdiam dan berpikir sejenak sambil menimbang – nimbang tantangan yang diajukan oleh sang Pendeta. Setelah menimbang – nimbang, akhirnya ia pun menerima tantangan debat tersebut.

“Aku akan mengajukan kepada Anda 22 pertanyaan dan Anda harus menjawabnya dengan tepat.” kata sang Pendeta mendengar kesanggupan Pemuda tersebut.

“Silahkan !” jawab sang Pemuda sambil tersenyum.

Sang pendeta pun mulai bertanya, “Sebutkan ….
1. Satu yang tiada duanya?.
2. Dua yang tiada tiganya?
3. Tiga yang tiada empatnya?
4. Empat yang tiada limanya?
5. Lima yang tiada enamnya?
6. Enam yang tiada tujuhnya?
7. Tujuh yang tiada delapannya?
8. Delapan yang tiada sembilannya?
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya?
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh?
11. Sebelas yang tiada dua belasnya?
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya?
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya?
14. Sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh?
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga ?
17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya ?
18. Sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu?
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api ?
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu ?
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar?
22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari ?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Pemuda Muslim itu tersenyum dengan senyuman yang mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia menjawab, “

1. Satu yang tiada duanya adalah Allah SWT.
2. Dua yang tiada tiganya adalah malam dan siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’ : 12).
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir merusak kapal yang ditumpanginya, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4. Empat yang tiada limanya adalah Kitab – Kitab yang diturunkan oleh Allah SWT, yaitu Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.
5. Lima yang tiada enamnya adalah shalat lima waktu.
6. Enam yang tiada tujuhnya adalah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
7. Tujuh yang tiada delapannya adalah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk : 3).
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul ‘Arsy Ar Rahman.Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit.Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqqah : 17).
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am : 160).
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah : 60).
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT berfirman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir : 18).
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus.
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, ”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ”Tak ada cercaaan terhadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Surat Yusuf, Juz 13)
17.Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’ : 69).
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah Abrahah dan yang terpelihara dari batu adalah Ashhabul Kahfi (penghuni gua).
21. Sesuatu yang diciptakan oleh Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf : 28).
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting dan setiap ranting mempunyai 30 daun, kemudian setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya : Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Mendengar jawaban sang Pemuda tersebut, Pendeta dan para hadirin merasa takjub. Kemudian Pemuda tersebut meminta pamit dan beranjak hendak pergi. Namun setelah berjalan beberapa langkah, ia mengurungkan niatnya dan membalikkan badan menatap sang Pendeta.

“Bolehkah aku mengajukan satu pertanyaan kepadamu ?” tanya sang Pemuda Muslim.

“Silahkan,” jawab sang Pendeta menyetujui.

Sang Pemuda diam sejenak, kemudian berkata, “Apakah kunci Surga itu ?”

Mendengar pertanyaan itu, lidah sang Pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus bersorak-sorak mendesaknya agar ia menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

“Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepada Pemuda tersebut dan semuanya ia jawab dengan tepat. Sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan, namun anda tidak mampu menjawabnya ??“ teriak salah seorang hadirin.

Pendeta tersebut berkata, “Sungguh, aku mengetahui dengan baik jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian akan marah jika aku menjawabnya.“

“Kami menjamin keselamatan anda.” jawab mereka serentak.

Sang Pendeta mengambil nafas sejenak dan menghembuskannya kembali sambil berkata, “Jawabannya ialah : Asyhadu an laailaahaillallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”

Mendengar jawaban itu keluar dari mulut sang Pendeta, akhirnya para hadirin yang sedang hadir di gereja tersebut mengucapkan syahadat secara serentak dan akhirnya pun mereka masuk Agama Islam. Allahu Akbar !!Sungguh Allah telah menganugerahkan hidayah, kebaikan dan menunjuki mereka kepada Islam melalui tangan seorang Pemuda Muslim yang bertakwa. Subhanallah…!!
Tentu saja,, semua hal yang terjadi di atas adalah dengan ilmu. Bukan hanya jawaban karangan saja.

Sekian dari kami yaa Ukhti
Wassalammualaikum wr. wb.

Hukum Selfie Menurut Pandangan Islam



Assalammualaikum wr. wb Ukhti^^
 Kali ini kita membahas tentang hukum selfie :) Yang suka selfie mana suaranyaa??

SELFIE sudah menjadi fenomena sosial seiring popularitas media sosial dan kecanggihan perangkat gadget (handphone, smartphone) atau laptop/nebook yang dilengkapi kamera. Pengertian Selfie itu sendiri singkatan dari “self potrait” yang artinya foto hasil memotret diri sendiri.
Sejumlah literatur online menyebutkan, tahun 2013 secara resmi kata selfie masuk kedalam Oxford English Dictionary.
“Selfie adalah salah satu revolusi bagaimana seorang manusia ingin diakui oleh orang lain dengan memajang atau sengaja memamerkan foto tersebut ke jejaring sosial atau media lainnya,” ujar Dr Mariann Hardey, seorang pengajar di Durham University dengan spesialisasi digital social media, seperti dikutip Guardian (14/07).
Hardey juga mengatakan bahwa dengan memamerkan foto-foto selfie tersebut, maka orang yang bersangkutan ingin terlihat ‘bernilai’, lebih-lebih apabila ada yang berkomentar bagus tentang foto tersebut.
Bagaimana Hukum Selfie dalam Islam
Dari penjelasan pengertian selfie di atas maka secara khusus hukum selfie dalam Islam, yaitu menumbuhkan sifat riya’ (ingin dipuji orang lain) dan ‘ujub (mengagumi diri sendiri) yang dilarang dalam Islam.
Rasulullah Saw melarang keras seseorang ujub terhadap dirinya. Bahkan, Rasulullah menyebutnya sebagai dosa besar yang membinasakan pelakunya.
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga dosa pembinasa: sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan ujub seseorang terhadap dirinya” (HR. Thabrani dari Anas bin Malik).
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, yang berkecukupan, dan yang tidak menonjolkan diri.” (HR. Muslim dari Abu Said al-Khudri).
Selfie lalu menyimpan foto untuk dokumentasi pribadi saja, tanpa dipublikasikan di media sosial, tentu saja tidak akan menimbulkan masalah, tidak berpotensi menumbulkan sikap riya’ dan ‘ujub.
Namun, jika diekspose di media sosial, jelas “ada maksudnya”. Maksud itulah yang bisa menurunkan akhlak mulia berupa rendah hati (tawadhu’).
Salah satu bukti Selfie bisa menimbulkan ‘ujub adalah munculnya penyakit depresi Facebook (Facebook despression), yaitu penyakit kejiwaan yang membuat seseorang merasa diabaikan setelah menulis status atau mengunggah foto karena tidak ada “like” dan/atau “komentar” dari siapa pun!
Demikian hukum selfie dalam Islam, yakni terkait sifat riya’ dan ‘ujub, bahkan juga potensial menumbuhkan takabur, meingat selfie biasanya sambil “mempertujukkan sesuatu”.
Selfi merupakan hobi baru yang hadir pada tahun \ sekarang ini. bahkan selfi tidak lagi wajar bagi kalangan-kalangan tingkat ekstrim.

Dalam islam hukum selfie memang tidak tertulis langsung dalam kitab al-Quran maupun As-sunnah. Namun dalam ajaran islam terdapat beberapa hadist yang menerangkan tentang larangan menggambar. Dalam hadis yang dilarang adalah menggambar makhluk hidup yang bernyawa, sedangkan tumbuhan boleh digambar. dalam website konsultasi islam terdapat beberapa hadis mengenai larangan menggambar makhluk bernyawa:
Dari Ibnu, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa menggambar suatu gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia akan diminta untuk meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari akhir, sedangkan dia tidak kuasa untuk meniupklannya.’” [HR. Bukhari].

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya diantara manusia yang paling besar siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menggambar gambar-gambar yang bernyawa.” (lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, bab Tashwiir).

Hadis tersebut sudah jelas menerangkan adanya larangan menggambar makhluk yang bernyawa. Maksud dari arti kata menggambar dalam hadis tersebut adalah membuat seketsa gambar menggunakan tangan sendiri dengan bantuan alat dimana kita membuat semirip-miripnya dari gambar asli atau dengan membuat sendiri gambar tanpa meniru. sebagai contoh adalah melukis makhluk bernyawa, menggambar makhluk hidup tanpa objek di komputer atau di buku gambar. 

Dalam kasus ini, foto termasuk dalam kategori gambar, namun foto tidak dibuat sendiri. Cara kerja foto sama seperti cermin hanya saja hasilnya dalam bentuk cetak dan ini merupakan sebuah pantulan dari gambar aslinya jadi tidak sama dengan dilukis atau digambar.

Foto atau foto selfie tidak dilarang dalam agama, bahkan jika dipublikasikan. Ada beberapa hal yang membuat foto menjadi dilarang diantaranya adalah:
1. Foto bertujuan untuk pamer.
2. Foto bertujuan untuk merugikan orang lain.
3. Foto bertujuan untuk menyakiti diri-sendiri dan orang lain.
4. Foto bertujuan untuk nafsu belaka.
5. Foto yang bertujuan untuk mengadu domba dan membocorkan rahasia yang baik.

Di saat sekarang banyak sekali orang yang meninggal sia-sia hanya karena hoby belaka. Dalam webiste dream.co.id banyak orang yang melanggar lalulintas dan menjadi korban karena berkendara sambil foto selfie. Berita tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak kejadian akibat foto selfie. hobi tersebut akan terlihat lebih baik jika memiliki manfaat. Foto selfie itu baik selama sesuai dengan batasan-batasan norma sosial. Hendaknya foto tersebut dijadikan sarana mendidik dan menyampaikan informasi baik bagi semua orang.


Sekian ya dari kita Ukhti, semoga bermanfaat :)

Wassalammualaikum wr. wb.



sumber :